Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Iklan

Postingan

Novel- TAWANAN CINTA TUAN CEO-Bab 15-Kesalahan Fatal- By Titisan Tinta

Luna menelan semua ocehan dari wanita yang memakai blazer hitam yang ternyata adalah supervisor bagian purchasing.

Dia mencoba mengimput barang dengan penuh emosi karena sudah merasa ingin mengeluarkan secara mentah-mentah tetapi terhalang akan statusnya yang masih karyawan baru.

"Gue bakal ngimput semua data ini sesuai dengan apa yang gue denger," ucapnya menggerutu dalam hati.

Nampaknya Luna lupa bahwa data yang tengah dimputnya bukanlah data sembarangan. Dia lupa bahawa rekan kerjanya sudah bilang bahwa itu data yang penting dan jika ada satu kesalahan akan berakibat fatal pada divisi selanjutnya.

Sekitar lima jam berlalu, Luna akhirnya behasil menyelesaikan tugasnya tepat pukul sebelas siang. Dia pun menuruti semua permintaan dari spvnya untuk mengeprint dokumen kerja dan segera diserahkan ke bagian kepala purchasing.

Saat mesin print menyala, tampak sorot mata rekan kerjanya menatap dengan sinis. Entah apa yang mereka pikirkan saat Luna mencoba mencetak hasil kerjanya.

"Gue sudah muak! Rasanya pengen cepat keluar dari ruangan ini karena banyak problem yang tidak masuk akal! Apalagi atasan yang super aneh!" batinnya dengan alis yang mengerut.

Semua berkas sudah selesai. Luna segera keluar dan mencoba mengingat ruangan dimana spvnya berada. 

Tidak lama kemudian, dirinya bertemu dengan spv dan segera menyerahkan semua berkas  yang dibutuhkan.

"Permisi, Ibu. Ini semuanya sudah selesai diinput," ucap Luna sedikit tersenyum.

Wanita yang tampak garang itu pun langsung menerima data yang sudah resmi dikeluarkan oleh Luna dengan mata yang berbinar.

"Ternyata kamu bisa bekerja sesuai target yah! Saya merasa senang kalau kamu bisa memenuhi target sebelum istirahat seperti ini," ucap spv sambil mengangguk-ngangguk.

Hati Luna kembali luluh saat dirinya mendapat pujian dari spvnya. Dia pun merasa lega dan bisa bernapas dengan tenang.

"Ini yang gue tunggu dari tadi. Syukur kalau dia emang suka dengan kinerja gue di sini," ucap Luna sambil memejamkan matanya senang.

"Saya suka dengan kinerjamu yang tidak banyak tanya dan langsung paham sekali diberitahu. Oke, tingkatkan kinerjamu kembali dan sekarang kamu bisa istirahat," ucap spvnya sambil menutup map berwarna merah.

Luna segera angkat kaki dari ruangan tersebut dan langsung mendengar bel istirahat berbunyi. Sesuai dengan janji bersama Karina, dia pun mencoba untuk menelpon kakak tirinya tersebut.

"Iya, setidaknya permasalahan hari pertama ini bisa diselesaikan dengan jelas," ucap Luna sambil mengendikkan bahu.

Beberapa saat kemudian, Luna sampai di kantin kantor dan mencari keberadaan Karina yang ternyata sudah lebih dulu memilih meja makan.

Kali ini Karina sengaja untuk membatalkan keinginan Kayla makan bersamanya hanya karena adiknya ingin bersamanya di hari pertama.

"Heem!" sahut Luna dengan napas yang berat.

Karina yang sedang mengiris daging itu pun langsung melirik ke arah Luna yang baru saja datang. Wajah pucat itu terlihat jelas oleh Karina hingga dirinya hanya bisa melanjutkan memotong daging.

Sedangkan Luna merasa dirinya tidak dihargai oleh Karina yang tidak merespon rasa lelahnya di hari pertama.

"Dih, lo begitu amat ke gue," ucap Luna sambil menyedot minumannya.

Karina mengunyah makanan pertamanya, lalu melihat ke arah Luna yang kesal. "Gimana tadi?" ucapnya cuek.

"Biasa," jawab Luna singkat.

"Oh," balas Karina.

Percakapan pendek itu seketika membuat Luna merasa cukup untuk makan bersama kakaknya. Tetapi, di sisi lain Karina tengah mencoba menebak apakah Luna ini akan berterima kasih padanya karena sudah membantu menelpon spvnya atau tidak.

"Sudah gue duga. Anak ini mana tau berterima kasih," batin Karina.

Dia melanjutkan makannya sampai setengah daging sudah habis. Tidak biasanya dia makan secepat ini. Kalau bukan obrolan yang tidak enak tentu karena orang yang diajak makan adalah Luna sendiri.

"Karena kita beda divisi, mungkin berangkat dan pulang bisa sendiri-sendiri aja," celetuk Luna sedikit acuh sambil melengos ke arah jendela.

Karina memandang ke arah Luna sebentar. "ngga masalah. Lagian juga urusan gue jauh lebih banyak, apalagi akhir bulan," jawab Karina.

"Iya deh, si paling banyak urusan. Bilang aja kalo lo itu meninggi gara-gara jabatannya diatas gue," sindir Luna.

Mendengar kalimat itu seketika membuat Karina merasa tidak enak makan. Dia pun menaruh kembali sendok yang sudah berisi makanan terakhirnya.

Lalu, meminum minuman pesanan miliknya sampai habis. Tanpa mengatakan apa pun. Sedangkan Luna hanya memainkan poninya yang sejak tadi mengganggu makan siangnya.

"Gue cabut dulu. Malas banget ngeladenin orang yang gak mau terima kasih sama sekali. Gak nyadar banget hidupnya udah dibantu kok malah gak tau diri.

Hidup lo bukannya udah enak?" sembur Karina sambil membereskan ponselnya.

"Lo kan yang minta ayah buat masukkin lo ke perusahaan ini. Kalau bukan karena ayah mana mau gue masukkin anak yang gak tau diri kaya lo gini!" imbuhnya sambil beranjak kaki dari meja makannya.

Kalimat itu menjadi akhir dari percakapan makan siang Karina. Dia pun segera menuju toilet untuk sekedar touch up make up.

Di situ, dirinya bertemu dengan Kayla yang sama-sama sedang berada di depan cermin. "Eh, Kak Karina. Giamana? Apa aku boleh berkenalan dengan adikmu itu?" tanya Kayla dengan sopan.

Karina mengangguk sambil meneruskan aktivitasnya memakai bedak padat. Bukan ingin mengacuhkan Kayla, tetapi dia merasa waktunya sedang dikejar oleh deadline.

"Oke, kapan-kapan aku join bareng lagi ya," lanjut Kayla sambil menepuk lembut bahu Karina.

Setelah perasaannya membaik, Karina mengehmbuskan napasnya dengan berat. Dia mencoba menoleh ke arah pintu keluar yang baru saja dilewati oleh Kayla.

"Andai saja gue punya adik kaya Kayla. Udah cantik, baik, mana sopan banget lagi. Gak kaya cewe aneh yang manja dan sukanya ngerendahin orang aja," gerutunya.

Setelah menyelesaikan make upnya, Karina segera keluar dari toilet dan bergegas ke ruangan kembali. Hari itu Karina lembur karena di akhir bulan pastinya banyak sekali urusan yang harus diselesaikan.

"Tumben nih, jam segini udah masuk," celetuk Marcel yang ternyata masih di dalam ruangan.

Karina kaget. "Loh, lo gak istirahat?" tanyanya.

"Bentar lagi. Nanggung nih, barusan ada masalah yang cukup serius," jawab Marcel sambil memegang pelipisnya.

"Masalah yang cukup serius? Memangnya masalah apa? Bukannya tadi meeting juga tidak ada pemaparan yang salah?" tanya Karina penasaran.

Marcel kembali melihat layar laptopnya. Dia pun mulai mengarahkan kursor ke pesan pribadi dan kembali membaca dari mana masalah tersebut berasal.

"Baru aja terjadi, di bagian penginputan fisik. Salah input kayaknya, jadi ada barang yang tidak terdata dan salah," jawab Marcel.

"Bukannya itu masalah yang juga berhubungan dengan bagian purchasing ya? Kalau akhir bulan ini biasanya yang sibuk bagian situ, kan?"

"Iya, kesalahannya Luna," jawab Marcel singkat.


















Posting Komentar