Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Iklan

Novel-Tawanan Cinta Tuan CEO- Bab 11-Siapa Itu?- By Titisan Tinta

Di kamarnya, Luna berusaha untuk menyiapkan berkas yang sudah diminta oleh Karina. Dia berusaha menyusun semua berkas tersebut dengan rapi, tentu harapannya agar dirinya bisa segera dilirik oleh pimpinan perusahaan yang tak lain adalah Marcel.

"Hm, yang aku tahu sih Marcel itu teman sekolah Kak Karina, dulu. Bikin penasaran aja sama nama itu," ucap Luna menerka sambil mengedarkan pandangannya ke langit-langit kamar.

Ada beberapa lembar kertas hasil print yang sudah dia siapkan sebelumnya karena beberapa menit yang lalu, printer miliknya sempat mengalami masalah sehingga harus beberapa kali mencetak kertasnya.

Luna memasukkan surat lamaran dan berkas yang dibutuhkan ke dalam amplop coklat dan menaruhnya di atas meja.

Sempat terlintas dipikirannya bahwa Karina berhasil tembus di perusahaan besar itu tidak lain karena pemilik perusahaan itu adalah teman sekolahnya dulu.

"Aku heran, tapi apa yang aku pikirkan bisa jadi benar. Kemungkinan besar pasti karena teman sekolah, jaman sekarang 'kan gampang banget masuk perusahaan besar kalau emang ada orang dalem," kata Luna mencoba memposisikan diri untuk tidur.

Malam itu menjadi malam yang ditunggu oleh Luna agar cepat berakhir. Dirinya tidak tahan ingin segera memasukkan lamaran ke perusahaan milik Karina karena sesuai permintaan dari kakak tirinya itu, dia harus mengantarkan berkas lamaran seorang diri.

Hingga malam itu berakhir, dan Luna terbangun karena alarm pagi yang cukup membuat telinganya enggan untuk mendengar bunyi yang berulang.

Dia pun segera membersihkan diri bersiap untuk sarapan. Selama melakukan aktivitas di dalam kamar, Luna benar-benar merasa pagi ini adalah hari yang paling bahagia.

"Iya, setidaknya aku tahu siapa Marcel itu. Bikin penasaran aja, siapa tahu dia ada hubungan spesial tuh sama Kak Karina," umpatnya.

Selang beberapa menit, Karina bertemu dengan Luna yang sudah memakai pakaian rapi. Pandangannya sedikit acuh karena hari ini dirinya tidak datang sendiri ke kantor, melainkan ada adik tirinya yang menguntit.

"Mama senang kalau kalian akur begini, semoga kamu bisa diterima juga di perusahaan Kak Karina yah Luna," kata Hani sambil melemparkan senyum.

"Heleh!" tukas Karina dengan cepat.

Entah apa yang ada di pikiran Karina ketika mendengar pujian bahwa adik tirinya dikasih harapan bisa sekantor dengannya.

Yang dia rasakan hanya rasa tidak aman. "Mana mungkin gue senang kalau ada anggota keluarga ikut campur soal kerjaan. Apalagi anak ini sok banget lagi," batin Karina menggerutu.

Mendengar penolakan kecil itu, Luna hanya melirik sambil menghela napas. Bertatapan dengan Hani yang juga menggeleng karena perkataan dari anaknya sendiri.

"Iya, semoga do'a dari Mama bisa terkabul. Sekarang 'kan Luna emang lagi berusaha apply lamaran ke mana saja tapi masih belum diterima, semoga aja di perusahaan Kak Karina bisa mendapatkan lampu hijau," sembur Luna penuh percaya diri.

Sarapan itu menjadi momen yang menyebalkan bagi Karina karena merasa dirinya direpotkan oleh sosok adik tirinya yang seolah menginginkan posisi yang setara dengannya di perusahaan milik Marcel.

Dia pun mengakhiri sarapan itu ketika jam sudah menunjukkan waktu yang tepat untuk berangkat. Di dalam taksi pun, Karina enggan memulai obrolan dengan Luna.

Bagaimana tidak, selama dia mengetahui soal hubungan gelap dari ayah kandungnya itu, dia merasa hancur. Tidak hanya membenci ayah kandungnya sendiri tetapi juga adik tirinya.

Sampai kapan pun, Karina tidak pernah lupa dengan perlakuan Luna yang licik sedari kecil. Dia terpaksa berbuat baik di depan Luna hanya karena tuntutan dari Hani yang selalu menyuruhnya untuk sabar dan menerima keadaan.

Jika tidak, mungkin dari dulu Karina sudah balas dendam dengan perlakuan yang setimpal untuk Luna.

"Lo secepatnya ke resepsionis buat ketemu sama HRD. Biasanya mereka bakal ngadain meeting pagi hari atau Lo gak bakal ketemu sama mereka," ucap Karina ketika sampai di depan gerbang kantor.

"Iya biasa aja kali, Gue juga tahu kok prosedurnya," bantah Luna sedikit menyolot.

Karina tidak peduli dengan omongan Luna. Dia meninggalkan adik tirinya itu ketika sudah sampai meja resepsionis.

Ada aura kebingungan di wajah Luna saat dirinya ditanya oleh resepsionis. Saat itu memang tidak ada informasi bahwa perusahaan tengah membuka lowongan kerja.

Sehingga petugas pun menanyakan hal tersebut kepada Luna. Dengan mimik wajah yang pucat, Luna hanya bisa mengatakan bahwa dirinya adik dari salah satu karyawan di situ.

"E-eh jadi begini, Mbak. Kebetulan tadi kakak saya sudah masuk ke ruangannya kalau tidak salah. Bisa kok dicek di data karyawan atas nama Karina," ucap Luna berusaha untuk meyakinkan petugas.

Dari kejauhan, sudah tidak terlihat batang hidung Karina. Luna pun semakin panik dan akhirnya menelpon kakaknya tersebut.

"Gue butuh lo! Cepet ke sini karena urusannya jadi makin ribet! Lagian ngapain Lo ninggalin Gue di sini sendirian. Kalau niat bantuin mah bantuin aja!" gerutu Luna dari ponselnya.

"Heh! Tadi yang bilang kalau urusannya gampang itu siapa?! Lo kan yang bilang bisa ngurus sendiri!" bantah Karina dari sambungan teleponnya.

Baru menginjak depan lift, Karina harus memutar arahnya kembali untuk turun ke lantai bawah. Dia pun memutar bola matanya saat melihat kontak Luna yang cukup membuatnya geram di pagi hari.

"Baru hari pertama aja udah gini, gimana nanti kalau dia bener-bener diterima di sini? Aduh! Ogah aja Marcel melek deh biar gak nerima dia!" umpatnya di dalam hati.

Di lobby, Karina mulai mengatur semua urusan adiknya kepada petugas resepsionis. Dia pun meminta tolong untuk memberikan waktu bertemu dengan HRD pada hari itu sesuai dengan perintah Marcel.

"Lo tunggu aja di sini! Gausah sok tahu kalau emang Lo belum tahu!" semprot Karina di dekat telinga Luna.

Setelah urusan itu, Karina kembali masuk ke lorong menuju lift. Dia pun tak sadar bahwa apa yang dia lakukan barusan ternyata mendapat perhatian dari Kayla.

Diam-diam, Kayla membuntuti Karina dan menyapanya sambil berlari kecil. Dia penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh Karina kepada salah satu wanita yang tidak pernah dia kenal sebelumnya.

"Kak! Kak Karina, tunggu!" teriak Kayla sambil berlari kecil.

Di dalam lift itu, Kayla berusaha menarik napas dan mencoba mengontrol suaranya. "Tadi, Gue tahu Kak Karina lagi bareng sama seorang wanita. Memangnya ada urusan apa, Kak?" tanya Kayla penasaran.

Belum dijawab oleh Karina, kini Kayla sudah melemparkan pertanyaan kedua kalinya. "Yang bikin aku penasaran itu, wanita tersebut bawa amplop coklat semacam sedang melamar pekerjaan. Memangnya dia itu siapa, Kak?" imbuhnya.

Karina sedikit ternganga ketika mendapat pertanyaan tersebut. Dia pun hanya bisa bengong sampai akhirnya pintu lift terbuka.

"Eh! Nanti aja Gue jelasin yah!"














Posting Komentar